,

Iklan

Iklan

Sejarah Singkat Migrasi Orang Kuta Parado di Wilayah Do Ompu

SerikatNasional
25 Nov 2023, 11:49 WIB Last Updated 2023-11-25T04:50:11Z

 


Dompu, (Serikatnasional.id,- Entah apa alasan yang mendasari puluhan orang Kuta Parado Kabupaten Bima bermigrasi ke wilayah Dompu selatan puluhan tahun yang lalu. Sebuah wilayah yang sebelumnya telah didiami oleh masyarakat dengan penduduk yang tidak seberapa banyak. Mereka masih mendiami kampung-kampung tua yang berada di timur Teluk Cempi hingga saat ini. 


Sebut saja kampung Daha, Hu'u dan Adu. Ketiga kampung ini merupakan kampung tertua yang pernah didiami oleh masyarakat di masa lalu. Bahkan disebut kampung asli.  Masyarakat yang tinggal di kampung-kampung tua ini, sebelumnya tidak menetap di satu tempat. Mereka hidup nomaden (berpindah - pindah) sesuai dengan kehendak mereka sendiri yang disertai dengan alasan-alasan yang rasional. Karena faktor alam atau faktor-faktor yang lain.


Namun migrasi yang dilakukan dengan segala faktor yang melatar belakanginya dalam periode tertentu tidak dapat terhindarkan dari berbagai kampung di Bima hingga menetap di kampung-kampung tua ini. Karena sejatinya hubungan masyarakat, baik di masa Ncuhi dan pada masa Galarang memang terjalin dengan sangat baik. Mereka saling mengunjungi dan berinteraksi karena adanya jalur lewat hutan belantara sebagai penghubung di antara mereka.


Sebagaimana migrasi orang-orang yang berasal dari kampung Kuta Parado dari Kabupaten Bima ke wilayah Do Ompu bagian selatan Kabupaten  Dompu sekarang.  Sebagaimana dikisahkan oleh Tance Muhammad yang berasal dari Kuta Parado. Dirinya masih mengingat beberapa kepingan masa lalu tentang migrasi orang-orang di kampungnya, hingga membentuk perkampungan di wilayah Do Ompu hingga terbentuk seperti sekarang. 


Menurutnya orang-orang Kuta Parado Bima pertama kali turun lewat hutan belantara di tahun 1951. Di tahun itu mereka yang turun atau dalam bahasa setempat lao awa Daha dan Hu'u yakni  Ompu Haja atau M. Ali Samiun, Ibrahim Bin Mansyur atau Ompu Ti, M. Jakaria atau Dua Jeko, Hamdu Ama Jijah, M. Saleh Jakaria, Ahmad Ama Bibah dan Yasin Fatta.


"Tahun 1951 mereka hanya datang mengecek tanah dan kembali lagi ke Kuta Parado untuk mendiskusikan terkait pembagian tanah" ungkapnya, Sabtu 4 November 2023


Ketika itu Tance Muhammad usianya masih cukup muda saat mengikuti rombongan. Mereka tidur di kampung Daha, dimana salah satu kampung tertua di wilayah selatan. Sehingga dirinya meresap beberapa informasi terkait wilayah yang ia dikunjungi.


"Masa itu masih sistem Galarang (desa) yakni galarang gabungan mulai dari Hu'u hingga wilayah Ranggo sekarang yang dipimpin oleh Muhammad Abu Dae orang Hu'u" jelasnya.


Beberapa saat menetap di kampung Daha, dirinya kembali bersama rombongan ke Kuta Parado di tahun yang sama. Selama setahun itulah mereka membahas dan mendiskusikan tentang pembagian tanah yanh mereka lihat sebelumnya. Sehingga berdasarkan kesepakatan bersama, maka mereka pun kembali di tahun 1952 untuk  pembagian tanah di masa Janeli (pemimpin kecamatan) Ibrahim I Papi.


Mulailah mereka memetakkan tanah lalu menggarapnya. Sebagai bukti tersebutlah tanah Pungga atau tanah garapan yang meliputi wilayah barat Desa Cempi sekarang serta lahan pertanian yang menghubungkan antara Desa Rasabou dengan Desa Jala. Setelah memiliki lahan pertanian mereka pun membangun perkampungan yang kini diberi nama Dusun Kuta yang diambil dari nama asal mereka di Kuta Parado Bima.


Sehingga berangsur-angsur orang Kuta Parado mulai menetap dan bercocok tanam di lokasi baru. Di tambah lagi dengan adanya hubungan pernikahan dengan orang Daha dan warga setempat. Sehingga tidak heran masyarakat atau lebih tepatnya tetua kampung di Kuta Parado Bima sekarang lebih mengenal awa Daha atau awa Hu'u (ke Daha atau ke Hu'u). 


Jalan darat lewat hutan belantara ini merupakan jalur yang masih digunakan oleh masyarakat hingga saat ini ketika ada acara  pernikahan atau sunatan serta acara keluarga di antara kedua kampung. Hubungan kekerabatan ini masih sangat terjaga dan terjalin harmonis.


Dusun Kuta yang kini mekar menjadi dua dusun, yakni Dusun Kuta dan Dusu Ruhu Ruma yang merupakan bagian dari administasi Desa Rasabou, Kecamatan Hu'u Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat ini telah dihuni oleh berbagai orang dari latar belakang kampung halaman. Selain pendirinya dari orang-orang Kuta Parado 71 tahun silam juga sekarang ditinggali orang-orang dari Ncera, Ngali, Ntonggu, Tenga, (Bima) juga orang dari Dompu seperti Kempo, Daha, Adu, Ranggo dan lain-lain. 


Semua telah menyatu menjadi orang Dusun Kuta yang serupa menjadi keluarga besar tanpa membeda-bedakan satu dengan yang lain. Terlebih budaya antara orang Bima dan Dompu memiliki banyak kesamaan, sehingga memudahkan interaksi dan meleburnya masyarakat dalam satu kelompok. 


Sejarah singkat ini merupakan rekam historis tentang migrasinya orang Kuta Parado ke Dompu selatan. Tentu saja ada banyak fakta yang bisa terurai dan bisa diambil benang merahnya tentang migrasi dan hubungan baik antara kedua wilayah ini. Maka dibutuhkan penelitian yang mendalam, agar generasi saat ini bisa tercerahkan dengan rekam historis para leluhurnya. 


Ingat! Sejarah itu mencerahkan, bukan memecah belah. Memangnya gelas mau dipecah.


Penulis: Suradin pemerhati Sejarah

RECENT POSTS