,

Iklan

Iklan

Intelektualitas Ganjar Vs Kegarangan Prabowo

SerikatNasional
16 Des 2023, 01:44 WIB Last Updated 2023-12-15T18:44:10Z

 


Oleh: Saiful Huda Ems.


Jakarta (Serikatnasional.id), - Menyaksikan Debat Capres Pertama beberapa hari lalu atau Selasa (12/12/2023), jujur membuat saya sangat terkesima dengan pemaparan visi misi Capres Ganjar Pranowo. Betapa tidak, Ganjar politisi intelektual yang saya kenal dari jauh semenjak beliau menjadi anggota DPR R.I belasan tahun lalu (2004-2013), hingga menjadi Gubernur Jateng (2013-2023) pemikiran dan penampilannya selalu cerdas dan eksentrik. Pemaparannya sangat rasional, tepat sasaran dan terukur.


Berbeda dengan Capres Prabowo Subianto khususnya, yang hanya menjual gaya orasi yang berapi-api, garang dan kadang melucu, setiap kata yang diucapkan oleh Prabowo tidak pernah bisa terbayang konkritisasi tahapan dan pelaksanaannya seperti apa, terlebih lagi bagaimana mengukur progres yang akan dicapainya. 


Prabowo nampak hanya bermain retorika dan mengumbar janji-janji yang lebih mirip seperti orang yang sedang menyebar opium atau candu untuk menina bobokkan orang-orang pinggiran, yang sebagian tokoh-tokoh mudanya telah beliau culik dan hilangkan sekian puluh tahun yang lalu. Masih perlu penjelasan? Baiklah akan saya terangkan:


Ketika Prabowo berkata,"Saya tidak takut tidak punya jabatan, saya tidak punya apa-apa, saya siap mati untuk negeri ini !". Kata-kata Prabowo ini seakan mau memberikan harapan dan janji pada rakyat, bahwa rakyat harus percaya pada Prabowo yang akan menyiapkan dirinya untuk fokus memimpin rakyat dan siap menerima resiko terburuknya, yakni kematian.


Padahal jika kita lihat faktanya, Prabowo merupakan Capres terkaya dari kedua Capres dan ketiga Cawapres lainnya. Prabowo juga bolak-balik berusaha keras untuk mendapatkan jabatan, mulai dari waktu beliau masih aktif di militer, sampai beliau Nyawapres dan Nyapres berkali-kali. Prabowo juga penakut dan pengecut, karenanya Prabowo sempat lari dan tinggal lama di Yordania setelah beliau terbukti menculik dan menghilangkan Aktivis-Aktivis di tahun 1996-1998.


Di perdebatan Capres pertama itu, kita sama sekali belum pernah mendengar agenda konkrit Capres Prabowo ke depan itu seperti apa kalau saja beliau menang, selain ingin menaikkan gaji para hakim dll. Suatu hal yang sudah sangat kuno, biasa dikatakan oleh para Capres atau Cagub, Cabup dan Cawalkot purba yang malas berpikir selain memberikan solusi janji kenaikan gaji para pejabat atau PNS di sekian banyak problem yang harus dicari akar persoalan dan solusinya. 


Lain halya dengan Capres Ganjar Pranowo, beliau jelas memaparkan agenda kerjanya ke depan jika terpilih menjadi Presiden 2024, Ganjar Pranowo bersama Mahfud MD misalnya akan mewujudkan program 1 Desa 1 Puskesmas lengkap bersama Nakesnya, akan serius memberantas korupsi, akan memperhatikan nasib guru, menambah akses internet di sejumlah daerah.


Capres Ganjar Pranowo juga bertekad untuk memberikan solusi masalah HAM di Papua dengan pendekatan dialog --yang berbeda jauh 180 derajat dengan Prabowo yang lebih banyak melakukan pendekatan kekerasan--, memaksimalkan kontrol aparat terkait kualitas pelayanan publik, memberikan solusi pengangguran dengan cara membangun pusat bisnis, pendirian sekolah vokasi dan kuliah gratis bagi anak dan keluarga miskin dan banyak lagi yang lainnya, termasuk sentilannya soal skandal Putusan MK yang melakukan pelanggaran berat etik.


Sedangkan Capres Anies Baswedan di perdebatan Capres pertama itu hanya terlihat lihai dan cerdas melakukan serangan politik ke Capres Prabowo Subianto, namun untuk pemaparan program agenda kerjanya masih kurang lengkap dan kurang konkrit dibandingkan dengan apa yang telah disampaikan oleh Capres Ganjar. Memperhatikan Anies Baswedan di Debat Capres pertama itu, kita seolah hanya melihat orang yang sedang nyinyir-nyiran dengan Prabowo saja. 


Anies di forum debat itu hanya tampak sebagai politisi yang sangat ulung bermanuver politik, akan tetapi Anies sama sekali atau setidaknya belum menampakkan dirinya sebagai sosok calon presiden yang lengkap dengan kemahiran managerial kenegaraannya, yang bila saya ilustrasikan, Anies itu seperti orang yang pandai menginventarisir masalah namun beliau tidak memiliki solusi konkritnya seperti apa. 


Maka tak heran, situs survei duniapolling.com, Selasa (12/12/2023), langsung merilis sejumlah pertanyaan terkait debat Pilpres 2024, dalam pertanyaannya,"Siapa pasangan yang cocok untuk memimpin Indonesia pada 2024 nanti?". Lalu "Siapa yang akan menang debat Capres Cawapres 2024?". Hasilnya, pasangan calon Ganjar-Mahfud selalu mendapatkan suara tertinggi  dengan rata-rata 38,2 persen, Anies-Muhaimin 31,5 persen sedangkan Prabowo-Gibran 30,4 persen. 


Sedangkan polling online yang diselenggarakan oleh Tvonenews.com selama debat Capres 2024 berlangsung, juga menunjukkan Ganjar-Mahfud unggul dengan 431.043 suara (79,55 %), Anies-Muhaimin 95.717 suara (17,66 %), sedangkan Prabowo-Gibran meraih hanya 15.111 suara (2,79 %). Polling online ini saya pikir jauh lebih akurat dan minim rekayasa, dibandingkan dengan rilis dari lembaga-lembaga survei yang sudah melakukan kontrak terlebih dahulu dengan Capres Prabowo jauh sebelum Pilpres. 


Rakyat sudah mulai mendapatkan gambaran seperti apa kualitas Capresnya. Mulai dari Capres Anies yang cerdik melakukan serangan-serangan politiknya, namun masih kering program-program yang akan bisa diukur pencapaiannya, Capres Prabowo yang terlihat tegas bicaranya namun tidak jelas ketegasan moral intelektualnya, hingga Capres Ganjar Pranowo yang kalem namun nampak sarat wawasan dan pengalaman birokrasinya, serta sangat realistis dan terukur program-program kerjanya.


Hanya satu hal yang harusnya rakyat renungkan dari perkataan Capres Prabowo yang entah muncul karena kelelahan hingga keceplosan, atau karena tiadanya argumentasi lagi yang bisa beliau sampaikan, yakni ketika Capres Prabowo menjawab pertanyaan Capres Ganjar dan Anies,"Bagaimana sikap Pak Prabowo soal Keputusan MK yang melanggar kode etik ketika meloloskan bocah Gibran melaju sebagai Cawapres hingga melahirkan MKMK?". Prabowo menjawab,"MK aturannya sudah jelas, kita bukan anak kecil, rakyat kita itu pandai-pandai, rakyat kita lihat dan tau, kita juga tau bagaimana prosesnya, yang intervensi siapa" dan seterusnya. 


Dari sini kita lihat, betapa Prabowo seolah menyadari, bahwa Prabowo tau Keputusan MK itu ada yang intervensi, dan itu bukan orang lain melainkan "bosnya" sendiri atau kubunya sendiri. Namun Prabowo menyerahkan tentang semua itu pada rakyat, mau menghukumnya atau mau memaafkannya. Jika menghukum itu artinya Prabowo tidak dipilih rakyat, sedangkan kalau mau memaafkan, itu artinya Prabowo akan dipilih rakyat.


Begitulah karakter Prabowo dari dulu sampai sekarang, selalu menyepelehkan kejahatan dan berbagai pelanggaran yang telah dilakukannya. Dengan kepercayaan dirinya Prabowo selalu tak pernah merasa bersalah terhadap semua kejahatan dan pelanggaran yang telah dilakukannya. Kalau sudah demikian, sebenarnya ini persoalan Prabowo yang ndablek atau pendukungnya yang sudah keterlaluan? Wallahu a'lamu bishawab...(SHE).


15 Desember 2023.


Saiful Huda Ems (SHE). Lawyer dan Pengamat Politik. 

RECENT POSTS