,

Iklan

Iklan

PENDIDIKAN YANG MEMBERDAYAKAN : Sebuah Solutif Partisipatif Pendidikan

6 Agu 2021, 23:14 WIB Last Updated 2021-08-06T16:47:38Z

 

Oleh : Muhammad Sahli Hamid


Serikatnasional.id - Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan intinya adalah membuat anak berdaya secara lahir maupun batin. Secara lahir anak dibina intelektualnya dengan serangkaian disiplin ilmu sesuai kapasitas keilmuan dan perkembangan fisik mereka sehingga memungkinkan mereka mempunyai skil yang dibutuhkan kelak apabila terjun di masyarakat. Secara batin, tentu anak membutuhkan contoh yang baik (uswah hasanah) dari figur sekelilingnya dengan pembiasaan dan latihan melalui tahapan yang teratur dan berkesinambungan. Dalam konteks ini, anak dididik karakternya seperti disiplin yang baik dari guru dan orang tua, keramahan, keakraban, rasa syukur, kesabaran, tanggung jawab dan lain-lain.

Anak tidak mungkin karakternya tumbuh menjadi pribadi yang utuh apabila tidak ada simpati dan empati dari orang-orang dewasa sebagai model dan cermin "besar" dalam menjalani hidupnya. Jika diumpamakan sebuah tanaman, guru dan orang tua adalah bertugas menyiram dan merawat tanaman agar tumbuh dengan baik serta menyingkirkan hama yang mencoba mengganggunya, sehingga tanaman itu tumbuh dengan baik dan menghasilkan buah yang manis bagi yang membutuhkannya. Sebaliknya jika tanaman itu dibiarkan begitu saja, maka akan rusak dan tidak menyenangkan atau bahkan mengganggu tanaman-tanaman yang lain.

Sangat penting dihidupkan kembali kegiatan apel 2018 di lingkungan Madrasah Raudlatul Iman, Apel Diniyah (mengaji yasin) dan Apel Pramukiyah (kesiapan sebelum masuk kelas) dalam rangka melatih kedisiplinan siswa atau tepatnya latihan kecerdasan spiritual dan kecerdasan badanial gitu... Misal untuk diniyah sebelum memulai belajar di kelas membaca sholawat nariyah atau asmaul husna bersama-sama.

Apel semacam ini penting sebagai bagian upaya menertibkan dan pengecekan kesiapan peralatan sekolah yang menjadi kewajiban siswa sebelum bertemu guru mata pelajaran di kelas masing-masing. Siswa diharapkan bukan saja cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional : bagaimana ia memperlakukan dirinya, cara bersikap dan menunjukkan rasa tanggung jawabnya kepada diri dan lingkungannya sebagaimana tujuan belajar (empat pilar pendidikan) sebagai landasan model pembelajaran berbasis kompetensi :
Learning to Know : memberdayakan siswa agar mampu beraktivitas untuk memperkaya pengalaman belajarnya. 
Learning to Do : membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap dunia sekitarnya
Learning to Be : membangun pengetahuan dan kepercayaan dirinya sebagai manusia yang hidup dan berkembang
Learning to Live Together : memberikan kesempatan untuk belajar berinteraksi, bekerjasama dan hidup berdampingan dengan orang lain. 

Ada beberapa program prioritas untuk menjadi solusi bersama dalam rangka mewujudkan pendidikan yang memberdayakan, antara lain :

1. Kedisiplinan, dalam hal ini soal waktu dan keluar atau pulang. Motto Raudlatul Iman "Menjalin Kebersamaan" tentu bukan penghias saja melainkan menjadi atmosfir akademik yang menggairahkan. Dengan bahasa lugas, kita berupaya menghibahkan waktu untuk tertibnya kegiatan pendidikan, apalagi guru bisa menunggu anak didik di kelas. Selain itu kita disiplin dalam pelaksanaan tugas sesuai bidang masing-masing.

2. Pembangunan mental (character building). Kepribadian anak sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah copy paste dari figur yang dekat dengan anak didik. Dalam hal ini guru dan warga madrasah memberi contoh dan terus memberikan pencerahan serta mengawasi pergerakan anak. Paling tidak sebelum mulai pelajaran mengingatkan kebiasaan-kebiasaan Nabi SAW dalam berinteraksi, makan, tidur, memakai baju, masuk kamar mandi dll berikut dengan doa-doanya. Maka iklim agamis (spiritualitas) menjadi hal yang utama dalam setiap kegiatan pendidikan

3. Isu lingkungan. Raudlatul Iman telah memproklamirkan dirinya sebagai "green boarding school" yang konsen pada penciptaan lingkungan yang asri sehat dan indah dengan motto : Morka', raddhin, nyonar ngornyang (mornang). Hal ini tidak akan terjadi jika tidak ada pembiasaan dan kesadaran bersama dalam mewujudkan green spirit yang menjadi ruh keseharian. Karena keberhasilan pendidikan dapat dibaca sejauh mana tingkat kebersihannya dan kepedulian atau sadar lingkungan (darling). Ke depan lingkungan belajar didesain menarik yang mendukung prestasi anak.

4. Kurikulum. Kurikulum harus diinovasi dan didesain sedemikian rupa untuk memungkinkan hadirnya realitas kompetensi anak yang sesungguhnya. Bukan sekedar anak bisa menjawab ujian atau memperoleh nilai yang tinggi. Terlebih tiap anak memiliki kekhasan masing-masing. Barangkali ini menabrak kemapanan (status quo) yang telah dilembagakan yaitu dengan memberikan juara kepada semua anak di bidangnya masing-masing. Selain hal tersebut tambahan jam ekstra menjadi sangat niscaya agar kompetensi anak berkembang sesuai bidang masing-masing. Contoh bimbingan Akselerasi Baca Kitab Kuning cukup berhasil tidak hanya menjadi pelajaran di kelas. Insyaa Allah ini bagian dari support 4 pilar pendidikan.

5. Sarana pembelajaran. Sarana prasarana tentu menjadi faktor terpenting dalam menumbuhkembangkan potensi anak. Guru dapat mengkreasi dan melakukan terobosan media yang murah dan meriah. Media alam sangat penting untuk dijadikan sumber pembelajaran.

6. Wirausaha. Salahsatu kelemahan lembaga pesantren adalah kurangnya dana yang akan menopang geliat pendidikan. Kemandirian usaha salahsatu hal yang harus digarap secara serius, lebih-lebih kita punya SMK agribisnis yang perlu dioptimalkan. Apalagi, anak nanti setelah lulus tidak lagi bingung karena jiwa enterpreneur sudah terbekali sebelumnya.

Itulah beberapa poin krusial yang semestinya menjadi spirit kita bersama. Cita-cita mulia pendidikan harus dengan teknik pendekatan (technical aproach) yang tepat agar proyeksi Raudlatul Iman Smart yang dicanangkan dapat berjalan sesuai harapan yaitu dengan memperlakukan mereka sebagai manusia dalam arti yang sesungguhnya. 

Sekali lagi, maka kehadiran sosok teladan seperti pengasuh, kepala, pegawai dan guru menjadi penting keberadaannya dan tidak dapat ditunda lagi sebagai model (uswah hasanah) dalam cakupan yang luas.

Raudlatul Iman, 31 Juli 2021

RECENT POSTS