Sumenep, Serikatnasional.id – Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setdakab Sumenep menggelar Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) 2025 dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2025. Kegiatan yang berlangsung di Aula Kantor Kementerian Agama Sumenep ini dihadiri Wakil Bupati KH. Imam Hasyim, Kabag Kesra Kamiludin, jajaran pejabat terkait, serta ratusan santri dan pengasuh pondok pesantren.
Sebanyak 104 santri dari berbagai pondok pesantren di Kabupaten Sumenep mengikuti MQK tahun ini. Mereka terbagi dalam tiga jenjang lomba, yaitu Marhalah Ula (17 peserta), Marhalah Wustha (53 peserta), dan Marhalah Ulya (34 peserta). Kitab yang dilombakan adalah Fathul Qorib karya Syaikh Muhammad bin Qosim, salah satu rujukan klasik dalam kajian fikih di dunia pesantren.
Kepala Bagian Kesra Setdakab Sumenep, Kamiludin, S.Pd.I., M.AP., menegaskan bahwa MQK bukan sekadar lomba, tetapi sarana penting untuk menumbuhkan karakter santri sekaligus menjaga tradisi keilmuan Islam klasik.
“Kitab kuning bukan hanya teks lama. Ia warisan ilmu dan nilai yang membentuk karakter santri Indonesia. MQK ini menjadi cara menghidupkan kembali semangat para ulama dalam membangun peradaban berilmu dan berakhlak,” ujarnya.
Kamiludin menambahkan, pelaksanaan MQK 2025 didasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2024 dan Peraturan Bupati Nomor 60 Tahun 2024, dengan seluruh pembiayaan bersumber dari APBD Kabupaten Sumenep.
“Ini wujud nyata perhatian pemerintah daerah terhadap dunia pesantren, agar santri memiliki ruang untuk berekspresi, berkompetisi, dan berkontribusi membangun bangsa,” jelasnya.
Menurutnya, kegiatan MQK juga berfungsi mempererat silaturahmi antarpondok pesantren serta memperkuat ukhuwah Islamiyah di kalangan santri.
“MQK ini bukan hanya lomba, tapi ruang kolaborasi, tempat santri belajar menjaga nilai keagamaan, persatuan, dan kemanusiaan. Dari pesantren lahir generasi berilmu yang menebar kedamaian,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya kegiatan ini dalam menumbuhkan kecintaan terhadap kitab kuning serta meningkatkan kemampuan membaca, memahami, dan menguraikan isi kitab klasik dengan metode dan adab yang benar.
“Kegiatan MQK juga mengajarkan disiplin, fokus, dan kesungguhan—modal utama bagi santri dalam membangun karakter dan pengetahuan,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Sumenep KH. Imam Hasyim memberikan apresiasi tinggi atas terselenggaranya MQK 2025. Menurutnya, kegiatan ini menjadi momentum penting untuk menumbuhkan kecintaan santri terhadap kitab kuning serta memperkuat tradisi keilmuan pesantren.
“Apa yang dilakukan Bagian Kesra patut diapresiasi. MQK ini bukan sekadar lomba, tapi momentum membangkitkan semangat belajar dan kecintaan terhadap kitab kuning,” kata Wabup.
Ia juga menegaskan pentingnya peran kitab kuning sebagai warisan ulama yang menjadi fondasi keilmuan Islam dan karakter bangsa.
“Kitab kuning adalah warisan ulama yang menjadi dasar keilmuan Islam. Kegiatan seperti ini penting untuk membentuk santri yang berilmu, berakhlak, dan siap menghadapi tantangan zaman,” tegasnya.
Pemerintah Kabupaten Sumenep berharap tradisi keilmuan pesantren terus hidup dan berkembang, melahirkan santri-santri unggul yang berilmu, berakhlak, serta siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan daerah.(Ras/red)

