Sumenep, Serikatnasional.id — Program pembiayaan berbunga rendah yang pernah dijalankan PT Bank BPRS Bhakti Sumekar kini telah dihentikan. Padahal, program tersebut sempat menjadi salah satu langkah strategis bank daerah itu untuk mendorong pertumbuhan usaha kecil sebelum masa pandemi COVID-19.
Direktur Utama BPRS Bhakti Sumekar, Hairil Fajar, menjelaskan bahwa program ini dijalankan untuk memberikan kemudahan pembiayaan bagi masyarakat dengan margin yang lebih ringan dari ketentuan umum.
“Kalau pinjam kredit itu intinya 12 persen setahun. Tapi waktu itu dibuat 6 persen. Jadi kita beri keringanan agar masyarakat bisa lebih mudah mengakses modal usaha,” ujarnya. 30 Oktober 2025.
Ia menuturkan, tujuan utama program tersebut adalah memberikan stimulan kepada pelaku usaha kecil agar lebih mudah mendapatkan pembiayaan.
“Dulu itu amanah agar memberikan stimulan. Jadi sebelum COVID, program ini dibuat agar masyarakat bisa mengakses pembiayaan dengan biaya murah,” kata Hairil.
Namun, seiring berjalannya waktu, program tersebut terpaksa dihentikan karena seluruh pendanaan berasal dari modal internal bank. Selain itu covid19 benar-benar mematahkan perputaran perekonomian masyarakat saat itu.
“Itu kan modal dari kita, murni dari dana kita. Misalnya kita punya dana 20 miliar, kita salurkan 20 miliar. Dana itu juga berasal dari masyarakat melalui tabungan dan deposito,” jelasnya.
Hairil menegaskan bahwa pengenaan margin 6 persen dalam program tersebut tidak disubsidi, melainkan murni dari kebijakan bank.
“Margin 6 persen itu tidak ada subsidi. Tapi kalau program seperti ini ingin dijalankan kembali, catatannya harus ada subsidi dari pemerintah supaya bisa berkelanjutan,” tegasnya.
Meski sudah dihentikan, program tersebut terbukti sempat memberikan dampak positif bagi masyarakat.
“Waktu itu, masyarakat yang mengajukan pembiayaan meningkat hingga 25 persen. Artinya, mereka sangat terbantu dengan bunga ringan itu,” ujarnya.
Hairil berharap, pemerintah daerah maupun pusat bisa kembali memberikan dukungan agar program serupa dapat dihidupkan lagi.
“Kalau ada subsidi, bank tetap eksis, masyarakat juga ringan menjalankan usaha,” pungkasnya. (Rasyidi)

