Sumenep ( Serikatnasional.id ),- Suasana ceria dan riang menyelimuti siswa siswi SD/MI se-Kabupaten Sumenep, Madura, dengan diselenggarakannya Festival Permainan Tradisional Tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah.
Dari pantauan media ini, ada kurang lebih 330 peserta dari berbagai sekolah turut berpartisipasi dalam festival yang digelar dalam rangka memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada tanggal 12 Mei 2024
Beragam lomba dalam Festival Permainan Tradisional Tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah diantaranya dakon, bola beklan, kelereng, gobak sodor, dan engklek.
Herli Wahyudi, S.Pd, Ketua Komunitas Kanca Pendidikan (KKP) Sumenep menyampaikan, tujuan di balik festival ini untuk mengurangi ketergantungan anak-anak pada gawai atau handphone. Serta memperkenalkan kembali keunikan permainan tradisional yang hampir terlupakan," Jelasnya.
Dijelaskan, permainan tradisional diselenggarakan di dua lokasi, mencakup berbagai jenis lomba yang menantang dan menyenangkan. Pada hari pertama, bertempat di SDN Kalianget Barat I, aksi kompetitif menyala dalam permainan dakon, bola beklan dan kelereng. Sementara pada tanggal 19 Mei 2024, lapangan Trunojoyo atau depan SDS Taman Muda akan menjadi arena bagi lomba gobak sodor dan engklek yang memukau.
Para peserta bersemangat mempraktikkan keterampilan tradisional mereka, memamerkan kemahiran dan kegembiraan mereka dalam memainkan permainan khas nenek moyang.
"Kami senang bisa bermain dengan teman-teman di luar kelas dan menikmati keseruan permainan yang mengasah kreativitas," ucap Moh yasin, seorang siswi kelas 4 SDN Gapurana IV Talango yang berpartisipasi dalam lomba kelereng.
Tidak hanya menjadi momen kompetisi semata, festival ini juga menjadi ajang mempererat tali persaudaraan antar sekolah dan mempromosikan kekayaan budaya lokal. Dengan adanya dukungan dari Komunitas Kanca Pendidikan (KKP) Sumenep, semangat untuk melestarikan permainan tradisional semakin tumbuh.
Melalui festival yang meriah ini, harapan untuk melihat anak-anak kembali pada akar budaya Indonesia semakin dekat. Generasi penerus bangsa belajar tidak hanya dari buku pelajaran, tetapi juga dari warisan permainan yang membawa cerita dan nilai-nilai luhur nenek moyang. (Red)