,

Iklan

Iklan

NGAJI PERADABAN Oleh Muhammad Sahli

SerikatNasional
18 Nov 2021, 13:44 WIB Last Updated 2021-11-18T06:44:48Z


Ada yang bertanya tentang makna peradaban

Lalu kujawab begini lewat bait-bait puisi :


Peradaban itu menebar sifat-sifat Tuhan bukan menguatkan watak syetan

Peradaban itu menghidupkan bukan mematikan

Peradaban itu menghargai bukan membulli

Peradaban itu menjadikan seseorang mulya bukan menghina

Peradaban itu memberdayakan bukan malah melemahkan

Peradaban itu penuh kepedulian bukan sikap meremehkan

Peradaban itu penuh ketawadhuan bukan sikap keangkuhan

Peradaban itu saling menyayangi bukan menebar benci

Peradaban itu adalah gairah untuk menambah pengetahuan

Bukan menyodorkan masa bodoh dan sok pintar

Peradaban itu mengakui kesalahan dan memaafkan

Bukan mencari-cari kesalahan dan selalu merasa benar

Peradaban adalah kesungguhan untuk sebuah perubahan

Bukan merasa puas tanpa ada peningkatan

Peradaban itu terus belajar memperbaiki kekurangan

Bukan berhenti kemudian tertimbun sampah teknologi

Peradaban itu membangkitkan bukan menjatuhkan 

Peradaban itu mengasihi bersolek budi pekerti bukan menyakiti dan caci maki

Peradaban itu berkorban menjadi pejuang lingkungan bukan diam dan merusak menjadi pecundang

Peradaban itu semacam salju yang siap meleleh menggenangi tanah pekarangan 

Lalu menghanyutkan setiap kerikil-kerikil yang terpaku dalam diam

Peradaban itu menyuburkan hati dengan rintik-rintik cinta

Bukan menggersangkan karena karatnya nafsu angkara

Peradaban itu membuang jauh kemalasan

Mengganti dengan indahnya ketulusan 

Peradaban itu tak ada maksud ingin dipuji

Hanya berbuat menunjukkan bakti

Peradaban itu debar-debar rindu yang melantunkan mesranya cita-cita yang dituju

Bukan terpenjara oleh cerita masa lalu

Peradaban itu tak banyak teori dan janji tapi menunjukkan setumpuk bukti dan prestasi

Peradaban itu tidak banyak menuntut hak tapi lebih suka banyak bertindak

Peradaban itu melakukan kreasi dan terobosan dan mampu menginspirasi banyak orang

Bukan bingung tak punya tujuan menjadi penonton dalam situasi dan keadaan

Peradaban itu sikap betah dengan berbagai masalah

Bukan menghindar mengucap sumpah serapah

Peradaban itu mata yang terbelalak bukan mata yang gagap terdesak

Peradaban itu punya keberanian mengambil resiko bukan mundur kemudian KO

Peradaban itu tersentak bangun dengan tangan mengepal

Bukan dibungkam sial dan terjungkal

Peradaban itu kaki-kaki yang terus berpacu berderap seperti para pembalap

Bukan langkah yang malas lantaran ciut dan gagap

Peradapan itu sejenis bunga yang tumbuh kemudian mekar

Bukan sejenis duri yang menusuk dalam belukar

Peradaban itu diawali pahitnya penderitaan yang akhirnya berubah manisnya kebahagian

Peradaban itu merdeka dan lepas

Bukan terpenjara dalam malas tertindas

Peradaban itu hidup terhormat bukan hidup keparat

Peradaban itu orang-orang yang beradab bukan biadab

Peradaban terus menyemai benih kebaikan meski orang di sekitar tidak mengindahkan

Bukan menabur benih kejelekan untuk balas dendam

Peradaban itu selalu berdoa bukan larut dalam kecewa


Peradaban tak mesti dilakukan orang-orang yang punya nama besar

Peradaban tidak harus dimunculkan oleh mereka yang punya segepok uang

Peradaban milik siapa saja yang masih merasa manusia

Terkadang peradaban lahir dari orang-orang biasa yang memiliki jiwa mulya

Walau hanya berpendidikan ala kadarnya

Sedang hatinya berdandan mahkota


Peradaban adalah cinta Zulaikha yang tak tergerus usia

Peradaban adalah tongkat Musa yang membelah samudera

Peradaban adalah Ismail yang lehernya disiapkan untuk persembahan

Peradaban adalah Adam dan Hawa yang diusir dari surga

Peradaban itu adalah Ibrahim yang mesra dalam bara api

Peradaban adalah Ayyub yang ditinggal sanak keluarga

Peradaban adalah Sulaiman dan Balqis yang mengikat ikrar di atas singgasana

Peradaban adalah Nuh yang berlayar di atas gelombang sambil mengulurkan airmata lantaran puteranya tak ikut dalam rombongannya

Peradaban adalah Isa yang dikejar-kejar pengikutnya

Peradaban adalah Zakariya yang menyelinap di dalam kayu besar yang terancam pembunuhan

Peradaban adalah Yusuf yang tercebur dalam sumur yang makmur

Peradaban adalah Khadijah yang menghabiskan hartanya untuk perjuangan suami tercinta

Peradaban adalah Aisyah yang cekatan mengatur strategi perang

Peradaban adalah Bilal yang hitam legam tertindih batu batu besar namun hatinya putih bersih cemerlang

Peradaban adalah Abu Bakar yang menemani Sang Kekasih dalam Goa meski ular berbisa mengancam jiwanya

Peradaban adalah Sayyidina Hamzah yang terkapar di medan pertempuran

Peradaban adalah Al-Ghazali yang waktunya habis untuk ilmu siang malam

Peradaban adalah Muhammad yang tak ingin ummatnya menderita 

Peradaban adalah Hadratussyekh Hasyim Asy'ari yang seluruh hidupnya diabdikan untuk negeri

Peradaban adalah Soekarno Hatta yang mendengungkan Proklamasi 1945


Apakah disebut berperadaban jika waktunya habis untuk menyenangkan diri

Sementara orang lain terseret jauh dalam ruang hampa 

Peradaban adalah engkau yang tak merasa engkau

Peradaban adalah jika engkau tak ingin apapun 

Kecuali kegilaan yang tak pernah selesai


18 Nopember 2021

Kampung Peradaban

RECENT POSTS