,

Iklan

Iklan

Tapak-tapak Suci Karya Muhammad Sahli Hamid

SerikatNasional
23 Okt 2021, 11:40 WIB Last Updated 2021-10-23T04:41:08Z

Mengenang Sirah Kanjeng Nabi dan Jejak Ghirah Kaum Santri


Wahai Nabi salam untukmu

Wahai Rasul salam untukmu

Wahai Kekasih salam untukmu

Sholawatullah hanya untukmu


Mengurai jejak Sang Nabi Agung 

Menelusuri langkah Sang Rasul Panutan

Mengikuti perjalanan hidup Sang Kekasih Teladan

Ada ribuan kisah yang penuh warna tak terbaca


Sang uswah hasanah yang terus bergairah dalam berdakwah

Tak pernah terpikir diri sendiri 

Apalagi keluarga anak dan isteri

Hanya berkhidmad untuk umat

Yang terus tersenyum meski dihujat

Yang tak tega melihat himpitan derita umatnya

Sampai budak jelata ditampung dalam luas dadanya


Pribadi sempurna yang mudah cemburu jika ajaran Tuhan dipermainkan

Kemudian berubah lembut ketika urusan kemanusiaan

Cintanya yang sempurna terkadang meleleh menggenangi trotoar peradaban


Seseorang yang telah mengajak ribuan Abu Bakar dan jutaan Umar

Jatuh dalam pelukannya

Yang menempa milyaran pemuda Usman dan Ali

Menjadi selembut sutera dan sekeras baja

Akhlaq budi yang semerbak mengharumkan segenap penjuru negeri


Profil manusia lengkap jujur dan sederhana penuh wibawa

Pergi berwirausaha ke negeri Syam

Telah meluluhkan hati siapapun yang memandangnya

Hingga Khadijah yang hartawan

Teramat mudah jatuh cinta

Terpesona oleh keluhuran budinya

Tersihir oleh indah kedua bola matanya

Yang mengalirkan percikan mata air surga

Aisyah yang usianya jauh terpaut lebih muda

Terpaku oleh sungging senyum manisnya

Tetap setia mendampinginya sampai ajal menjemputnya


Seorang anak yatim yang mengajarkan kesalehan dan kezuhudan

Pergi mengembala domba 

Diasuh kakek kemudian pamannya

Diejek kaum kerabatnya karena menunjukkan jalan kebenaran

Meski di dahinya yang mulya bercucuran darah dihantam batu kedengkian

Walau giginya patah dihajar keegoan 

Ia tetap bernyanyi melantunkan doa-doa suci


Kelahirannya yang dirayakan dan diagungkan

Pepohonan tunduk sujud di depannya

Langit dan bumi bersitegang memperebutkannya

Pohon kurma dan kawanan onta riang gembira

Sang Burraq pun begitu merindukannya

Raja Abrahah dan pasukan bergajah luluh lantak di tanah kelahirannya


Kehadirannya ibarat purnama yang menerangi gelapnya semesta

Matahari menjadi redup dan suram lantaran binar wajahnya

Saat kepergiannya orang-orang di sekelilingnya seperti tak percaya

Mereka kehilangan junjungannya

Teramat berat untuk menerima

Tapi ketentuan Allah telah tertulis di Arasy-Nya


Abu Jahal dan Abu Lahab pun tersihir terkesima oleh pesona budi pekertinya

Mereka dan pengikutnya terpana dengan tatapan ketulusannya

Namun dengki dan kebencian telah melumpuhkannya

Iri dan kesombongan telah menutup pintu hatinya

Menaklukkan sikap kejujurannya


Tapak-tapak kakinya yang suci

Membekas jelas tanpa batas

Keringatnya yang semerbak sewangi kesturi

Mengharumkan ruang-ruang yang becek

Sampai kini generasi terus tumbuh di bumi pertiwi

Mereka dilahirkan dari rahim yang benihnya memancarkan kebeningan

Sungguh pemandangan dan lukisan yang nyata mengesankan


Marhaban oh cahaya jiwa

Marhaban kakek husaini

Marhaban ahlan wasahlan

Marhaban oh elok sebutan


Duhai Sang pemilik pribadi yang menjadi sandaran setiap orang yang kebingungan

Tanah ini yang dipenuhi bau amis perebutan kedudukan

Telah engkau oles dengan harumnya kesederhanaan

Sampai Bilal menangis sesenggukan menyaksikan Engkau tertidur di atas pelepah kurma tanpa secarik kain 

Untuk melindungi kulitmu yang harum mengulum


Perjuangan dan pengorbanan untuk tegaknya kebenaran dari kekasih pujaan

Telah diamini para kiai dan santri yang tak pernah lengang

Bukan sekedar asyik latah kemudian menghilang

Yang terpenting hidup memberikan kemanfaatan


Mereka hadir menapaki jalan yang ditumbuhi duri

Hatinya telah disepuh dengan baja

Wajahnya terus terpanggang kehangatan

Ridha ilahi berlumur lelah lebih utama dipilih

Daripada sekedar memperbesar perut sendiri

Mereka hanya butuh rindu Tuhannya

Bukan pujian orang-orang sekelilingnya


Seorang lelaki yang dididik Malaikat Jibril terus diusir dari kampung halamannya

Harus menahan rindu yang dalam

Karena pasukan musyrikin terus mengancam

Perang haibar, perang uhud, khandaq dan badar

Demi tegaknya kejayaan Islam

Meski harus terpaksa melakukan perjanjian dan boikot berkepanjangan


Pengikutmu terus membela ketika ajaran Tuhan tak lagi diindahkan

Perang padri, diponegoro dan perang di madura yang dikawal kaum santri

Mereka dikejar-kejar bahkan diusir dari kampungnya sendiri

Kehormatan agama diinjak-injak sebagai mainan

Maka puncaknya, kemudian mereka berkumpul mengeluarkan resolusi jihad

Menentang setiap kedzaliman

Mengusir segala bentuk kesewenang-wenangan

Dua puluh dua Oktober ulama se-Nusantara

Surabaya bergetar

Indonesia menggelegar

Madura berdebar

Lalu meletus perang Sepuluh Nopember

Adalah bukti cinta mereka pada negeri

Sebagai warisan petuah Sang Pujaan hati

Rasulullah Kanjeng Nabi Kekasih Ilahi


Tak ada sesuatu yang bisa menyenangkanmu 

Kecuali mengikuti jejak dan tapak sucimu

Ya Rasulullah, salam sejahtera untukmu

Kini jejak ghirahmu amat kemilau mendulang semesta


19-22 Oktober 2021

RECENT POSTS