Iklan

https://www.serikatnasional.id/2024/10/blog-post.html

Iklan

,

Iklan

Prof. Connie: Dari Warisan Soekarno ke Era BRICS, Indonesia Menatap Panggung Global

SerikatNasional
9 Okt 2025, 19:32 WIB Last Updated 2025-10-09T12:48:37Z


Foto tangkap layar/ Prof. Connie Rahakundini Bakrie Indonesia Siap Bangkit Jadi Kekuatan Maritim Dunia Lewat BRICS


Jakarta, Serikatnasional.id | Pakar geopolitik dan pertahanan, Prof. Connie Rahakundini Bakrie, menegaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk kembali menjadi kekuatan maritim dan geopolitik utama di kawasan, sebagaimana yang pernah dicapai di masa kepemimpinan Presiden Soekarno.


Dalam diskusi bertajuk “Rise of Indonesia: BRICS & Maritime Power” bersama akademisi internasional Glenn Diesen, Prof. Connie mengulas bagaimana posisi strategis Indonesia dapat diperkuat melalui diplomasi global dan kerja sama internasional, termasuk dalam kerangka BRICS.


Menurut Prof. Connie, posisi Indonesia yang berada di antara dua samudra dan dua benua menjadikannya negara yang sangat strategis sekaligus sensitif dalam peta geopolitik dunia. Dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan sejarah panjang kekuatan militernya, Indonesia memiliki modal besar untuk memainkan peran penting di kawasan Indo-Pasifik maupun di panggung global.


“Indonesia adalah negara yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Secara geografis, ekonominya menjanjikan, dan secara geopolitik, kita punya posisi yang menentukan dalam jalur perdagangan global,” ujar Prof. Connie.


Prof. Connie juga menyoroti warisan besar dari Presiden pertama Indonesia, Soekarno, yang telah meletakkan fondasi kuat bagi politik luar negeri yang mandiri dan berdaulat.


Soekarno dikenal sebagai pemimpin berani dan visioner, yang mendirikan Gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement) untuk menjaga kemandirian Indonesia di tengah tekanan dua kekuatan besar dunia pada masa Perang Dingin — Amerika Serikat dan Uni Soviet.


Pidato Soekarno di Sidang Umum PBB menjadi simbol kuat posisi Indonesia di dunia internasional. Saat itu, Indonesia menunjukkan keberanian untuk tidak memihak pada kekuatan mana pun, melainkan membangun jalan sendiri melalui diplomasi aktif dan prinsip perdamaian.


Era Soekarno juga ditandai dengan pembangunan kekuatan militer yang disegani dunia. Indonesia pernah memiliki salah satu militer terkuat di belahan bumi selatan.


Kekuatan ini bukan hanya simbol kedaulatan, tetapi juga menjadi alat diplomasi yang efektif. Salah satu contohnya adalah keberhasilan Indonesia dalam reintegrasi Papua tanpa harus berperang langsung melawan Amerika Serikat, yang saat itu mendukung Belanda.


Posisi militer Indonesia yang kuat membuat negara-negara besar berpikir dua kali untuk melakukan intervensi. Bahkan, para pilot tempur Indonesia kala itu dikenal memiliki kemampuan setara dengan pilot yang berhadapan langsung dengan kekuatan udara Uni Soviet — bukti bahwa Indonesia memiliki kapasitas pertahanan yang diakui di tingkat global.


Kini, dalam konteks modern, Prof. Connie melihat peluang besar bagi Indonesia untuk memperkuat kembali posisinya melalui kolaborasi global, salah satunya lewat BRICS — forum kerja sama antara Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.


Menurutnya, kemitraan antara negara-negara berkembang ini dapat menjadi wadah strategis untuk menciptakan keseimbangan baru dalam tatanan dunia yang semakin multipolar.


“Indonesia punya peran penting di BRICS. Dengan sumber daya maritim yang besar dan kekuatan ekonomi yang tumbuh pesat, kita bisa menjadi jembatan antara Asia dan dunia Selatan,” jelas Prof. Connie.


Ia menegaskan, visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia bukan sekadar slogan, melainkan strategi jangka panjang untuk memastikan kedaulatan laut, perdagangan, dan pertahanan negara tetap kuat dalam menghadapi dinamika global.


Melalui pandangan Prof. Connie Rahakundini Bakrie, jelas bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk kembali menjadi kekuatan maritim dan geopolitik yang disegani dunia.


Dengan memadukan warisan diplomasi Soekarno, modernisasi kekuatan militer, serta peran aktif di forum global seperti BRICS, Indonesia dapat menegaskan kembali jati dirinya sebagai poros kekuatan baru dunia di abad ke-21. (Wahyudi)