Sumenep, Serikatnasional.id | Pemerintah Kabupaten Sumenep dibawah kepemimpinan Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo, bangun kolaborasi dengan dokter spesialis. Hal ini dilakukan dalam rangka meningkatkan pengabdian kepada masyarakat dibidang kesehatan.
Maka, pemkab menggelar seremoni kolaboratif yang melibatkan Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Ortopedi Indonesia (PABOI), Center of Excellence – Indonesian Orthopaedic Association (COE-IOA), dan Yayasan Orthopaedi Indonesia. Momentum ini tidak sekadar simbolik, melainkan menjadi tonggak nyata penguatan akses layanan spesialis hingga ke pulau-pulau terluar Sumenep.
“Sumenep bukan hanya daratan. Sumenep adalah 128 pulau yang harus mendapatkan hak layanan yang sama. Ini bukan sekadar komitmen, ini kewajiban,” tegas Bupati Fauzi di hadapan para dokter spesialis dan tokoh masyarakat. Senin 5 Mei 2025.
Sumenep adalah anomali geografis yang menantang: satu kabupaten, dua realitas. Di satu sisi, daratan Madura dengan segala kemajuan fasilitas. Di sisi lain, pulau-pulau kecil seperti Masalembu yang membutuhkan waktu tempuh hingga 24 jam perjalanan laut. Tak heran jika distribusi layanan kesehatan menjadi salah satu isu paling krusial di wilayah ini.
Untuk menjembatani jurang tersebut, Sumenep mengoperasikan dua rumah sakit strategis: RSUD Moh. Anwar di pusat kota sebagai tulang punggung layanan daratan, dan rumah sakit rujukan di Kecamatan Kangayan yang menjadi benteng kesehatan masyarakat kepulauan. Namun, tantangan tetap besar, terutama dalam kontinuitas tenaga medis spesialis.
Dalam acara tersebut, Bupati Fauzi meminta secara langsung kepada para dokter ortopedi untuk memperpanjang masa tugas mereka di Sumenep. Ajakan ini bukan hanya tentang kehadiran dokter, tetapi tentang membangun kepercayaan dan keberlanjutan layanan.
Demi memperkuat fondasi ini, Pemkab Sumenep menggelontorkan anggaran sekitar Rp80 miliar per tahun untuk program Universal Health Coverage (UHC), menjamin seluruh warga mendapat akses layanan kesehatan tanpa beban biaya.
Langkah progresif ini mulai membuahkan hasil. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumenep pada tahun 2023 mencapai angka 73,69, naik dari 73,43 pada tahun sebelumnya. Tak hanya itu, harapan hidup bayi yang lahir di Sumenep kini mencapai 73,69 tahun angka yang mencerminkan kemajuan konkret dalam sektor kesehatan.
“Jika kesehatan maju, maka pendidikan, ekonomi, dan kesejahteraan akan ikut bergerak. IPM adalah cermin utama kemajuan kita,” ujar Bupati Fauzi.
Lebih dari sekadar pusat administratif, Sumenep menyimpan sejarah panjang yang melintasi era kerajaan, kesultanan, hingga pemerintahan modern. Dalam usia ke-766 tahun, Sumenep tak hanya dikenal karena warisan budayanya, tapi juga karena daya tarik sosial yang membuat banyak pendatang memilih menetap.
“Nama Sumenep itu sendiri punya kekhasan tidak bisa dibaca sembarangan oleh orang luar. Seperti rahasianya, Sumenep menyimpan kekuatan yang pelan tapi pasti akan meledak sebagai kekuatan baru,” ucap Bupati Ketua DPC PDI-P Sumenep.
Kisah pembangunan kesehatan di Sumenep bukan sekadar program daerah. Ini adalah narasi nasional tentang bagaimana daerah dengan keterbatasan mampu bangkit melalui visi, kolaborasi, dan keberanian. Upaya Pemkab Sumenep menembus batas pulau adalah cermin dari semangat Indonesia: melayani sampai ke ujung terjauh negeri.
"Inilah Sumenep, tanah yang penuh tantangan, tapi juga penuh harapan. Dan kami akan terus melangkah, tanpa pernah mundur, demi masyarakat kami di setiap jengkal tanah dan pulau yang kami cintai," pungkas Bupati Achmad Fauzi Wongsojudo.
Penulis: Rasyidi