Iklan

https://www.serikatnasional.id/2024/10/blog-post.html

Iklan

,

Iklan

Membangun Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Melalui Perjuangan Buruh dan Emansipasi Perempuan

SerikatNasional
1 Mei 2025, 11:10 WIB Last Updated 2025-05-01T04:10:47Z

 


Oleh : Dia Puspitasari,S.Sosio.,M.Si (Dosen Ilmu Komunikasi UNTAG Surabaya)


OPINI, Serikatnasional.id | Hari Buruh Internasional, yang diperingati setiap 1 Mei, bukan sekadar seremonial belaka. Lebih dari itu, mari kita maknai bahwa hari buruh menjadi bagian tidak hanya wong cilik (marhaen) untuk mewujudkan tujuan Bangsa Indonesia.


Bung Karno sebagai penggali nilai-nilai Pancasila di Bangsa kita terus menggangungkan supaya kita tidak lupa akan sejarah, bahwa Bangsa kita terlahir dari sejarah yg sama yaitu sejarah Bangsa Indonesia. Bangsa yg memiliki tujuan untuk meraih keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia tanpa tebang pilih, termasuk buruh.


Hari Buruh adalah momentum untuk merefleksikan perjuangan kelas pekerja dalam membangun Indonesia yang adil dan berdaulat.


  • Potret Buruh di Indonesia: Antara Harapan dan Tantangan


Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada Agustus 2024, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 152,11 juta orang, dengan 144,64 juta di antaranya bekerja. Namun, hanya sekitar 42,05% yang bekerja di sektor formal, sementara sisanya berada di sektor informal yang rentan terhadap ketidakpastian dan minim perlindungan hukum. Rata-rata upah buruh per bulan sebesar Rp3,27 juta, dengan disparitas antara laki-laki (Rp3,54 juta) dan perempuan (Rp2,77 juta). Ini mencerminkan ketimpangan gender yang masih mengakar dalam dunia kerja kita.


  • Aspirasi Buruh: Menuntut Keadilan dan Kesetaraan


Pada peringatan Hari Buruh 2025, sekitar 200.000 buruh dari berbagai daerah berkumpul di Monumen Nasional, Jakarta, untuk menyuarakan 11 tuntutan utama kepada pemerintah, antara lain:)


1. Revisi Undang-Undang Ketenagakerjaan dengan melibatkan buruh secara aktif.

2. Penghentian pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan penciptaan lapangan kerja yang layak.

3. Jaminan kebebasan berserikat dan berunding.

4. Pembangunan hubungan industrial yang harmonis berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

5. Antisipasi terhadap dampak teknologi dan kecerdasan buatan (AI) terhadap ketenagakerjaan.

6. Penghapusan syarat kerja yang diskriminatif, seperti batas usia dan penampilan fisik.

7. Pemberian kesempatan kerja yang setara bagi penyandang disabilitas.

8. Peningkatan kesejahteraan tenaga kesehatan dan pekerja layanan publik.

9. Perlindungan terhadap pekerja magang dan generasi muda dari eksploitasi.

10. Pengakuan hak-hak normatif bagi pekerja sektor digital, seperti ojek online dan kurir.

11. Transisi yang adil menuju ekonomi rendah karbon tanpa mengorbankan pekerja.

Sebagai perempuan, saya menyaksikan bagaimana rekan-rekan sesama perempuan seringkali menghadapi beban ganda bahkan multiburden: diskriminasi gender dan ketidakadilan struktural dalam dunia kerja. Banyak dari mereka bekerja di sektor informal tanpa perlindungan hukum, menghadapi upah yang lebih rendah, dan minim akses terhadap pelatihan dan pengembangan karier.


  • Membangun Indonesia yang Adil dan Berdaulat


Saya percaya bahwa pendidikan berbasis kesadaran kritis adalah kunci untuk memberdayakan buruh, terutama perempuan, agar mampu memperjuangkan hak-haknya. Negara harus hadir dengan kebijakan yang berpihak pada wong cilik seperti buruh, menciptakan sistem ketenagakerjaan yang adil, dan memastikan bahwa setiap warga negara Indonesia, tanpa memandang gender, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.


Hari Buruh 2025 harus menjadi titik balik untuk memperkuat solidaritas antara buruh, akademisi, dan seluruh elemen masyarakat dalam membangun Indonesia yang lebih adil, setara, dan berdaulat.


Hidup Perempuan Yang Melawan


Hidup Rakyat Indonesia


Hidup Buruh


Salam Solidaritas dan Perjuangan Bangsa Indonesia