,

Iklan

Iklan

Ex. Presidium GMNI: Keadaan GMNI Mesti Menjadi Pembahasan Serius Kongres PA GMNI

SerikatNasional
5 Des 2021, 12:11 WIB Last Updated 2021-12-05T05:26:24Z


Serikatnasional.id - Kabar pelaksanaan Kongres PA GMNI pada tanggal 06 Desember 2021 di Kota Bandung, Jawa Barat telah tersiar keseluruh marhaenis  tanah air. Beberapa isu penting didalam kongres pun telah mengemuka dan mewarnai konsolidasi para alumni menuju pelaksanaan kongres. Salah satunya ialah isu tentang sikap PA GMNI pada pilpres 2024 yang akan diarahkan pada penguatan satu nama calon Presiden.



Namun, proses penyelenggaraan kongres yang akan dilaksanakan di Bumi Marhaen itu menuai kritik dari beberapa Ex. Presidium GMNI dari tempat terpisah. Mereka beranggapan bahwa kongres yang dilaksanakan itu tidak memberikan manfaat kepada GMNI bila muatannya hanya sekedar mengakhiri masa periodesasi tanpa harus bertanggungjawab secara organisasi, politik dan ideologi terhadap keberadaan GMNI saat ini.



Desta Andrianto Ex. Presidium GMNI asal Jawa Barat menuturkan bahwa penyelenggara Kongres Alumni GMNI itu terlebih dahulu harus meminta maaf kepada semesta atas peran aktifnya yang ikut terlibat secara organisasi mewarnai kedaulatan kongres GMNI di Ambon.

 


 “Kita tahu, organisasi Alumni GMNI dibentuk sejatinya bertujuan untuk membantu pelaksanaan tugas organisasi, ideologi dan politik GMNI pada seluruh tingkatan dari Komisariat, Cabang, Korda atau DPD dan Pengurus Pusatnya. Bukan malah ikut secara aktif atas nama organisasi melakukan polarisasi dan intervensi keputusan organisasi GMNI seperti yang terjadi di Kongres GMNI Ambon 2019 yang lalu. Ahmad Basarah harus merenung dulu dan meminta maaf kepada semesta atas keadaan yang menimpa GMNI saat ini. Sekalian, keadaan GMNI saat ini harus bisa menjadi muatan strategis yang harus dituntaskan di kongres PA GMNI,” ungkap Desta.



Di iringi oleh Makruf, Ex. Presidium GMNI Jawa Timur ini menggambarkan bahwa proses kongres GMNI di Ambon dan keadaan GMNI saat ini bisa jadi akan mengalami situasi dan kondisi yang serupa ditubuh PA GMNI. Sebab, menurutnya seideal apa pun rancangan teknis pelaksanaan kongres tidak bisa membendung munculnya pertanyaan-pertanyaan mengenai keadaan GMNI saat ini di dalam forum Kongres nanti.



"Kongres PA GMNI kali ini sebenarnya akan menorehkan sejarah baru. Sejarah barunya, PA GMNI dalam mengakhiri masa tugasnya telah mempertontonkan fragmatisme dan opportunisme politik organisasi dalam tubuh GMNI akibat kongres GMNI di Ambon. Se ideal apa pun rancangan teknisnya mereka buat, kegelisahan alumni-alumni melihat kondisi GMNI saat ini akan dipertanyakan di dalam forum kongres. Kalau tidak terjawab, saya punya keyakinan nasib organisasi PA GMNI akan mengalami hal yang serupa dengan GMNI,” tutur Makruf.



Selanjutnya oleh Jayadi, Ex. Presidium GMNI asal NTB juga memiliki kritik yang tidak jauh berbeda. Dirinya sangat menyayangkan apabila kongres PA GMNI tersebut hanya konsolidasi Calon Ketua Umum PA GMNI, Calon Presiden di 2024 nanti tanpa menetapkan formula strategis terkait peran serta alumni GMNI dalam hal pembangunan kehidupan ber GMNI yang sehat, strategis dan ideologis.



“Kalau di kongres GMNI, kita hadapkan pada situasi bertarung dan berhadap-hadapan dengan berbagai tantangan di lapangan dalam membangun organisasi. Sehingga jelas proyeksi kita terhadap pertumbuhan organisasi dan penyebaran ideologi ke elemen masyarakat berkembang dan tumbuh. Saya melihat kongres Alumni GMNI kali ini kesannya tanpa beban terhadap keadaan GMNI. Sebagai alumni GMNI saya tidak melihat adanya formula yang cukup strategis yang akan dibawa dan ditetapkan di kongres. Bisa berantakan kita di daerah-daerah kalau pertemuan itu hanya sekedar memfasilitasi Ketua umum yang baru dan cari muka kepada calon presiden yang baru,” ungkap Jayadi.



Disamping itu, Dwi Agus, yang merupakan Ex. Presidium GMNI asal Jawa Tengah mengungkapkan rasa gembiranya terhadap penyelenggaraan dan pelaksanaan kongres PA GMNI apabila seluruh pengurus pusat GMNI dari masa ke masa dihadirkan dalam forum kongres dalam rangka memperkuat agenda-agenda politik dan kerja ideologi Marhaenis.



“Saya akan gembira kalau Mas Ahmad Basarah mampu menghadirkan seluruh pimpinan pusat GMNI dari yang terdahulu sampai yang terakhir untuk membahas arah dan posisi PA GMNI bersama GMNI. Di forum Kongres itulah pandangan-pandangan mereka perlu dijadikan sebagai masukan penting buat organisasi dan kader GMNI dalam rangka memperkuat agenda politik organisasi PA dan kerja-kerja ideologi kaum Marhaenis. Itu menandakan  Mas Ahmad Basarah insyaf dan gandrung terhadap gerakan ideologis ini, sekalian memberikan warisan yang baik. Artinya, cukuplah kongres GMNI di Ambon itu menjadi bau yang tidak sedap aromanya," jelas Dwi Agus.



Andi Junianto Barus, Ex. Presidium GMNI asal Sumatera Utara meminta agar keadaan GMNI saat ini harus menjadi bahan evaluasi kritis bagi para alumni dan tidak membiarkan GMNI dalam keadaan terseok-seok dalam menjalankan amanat organisasi.



“Agak kurang tepat kalau Bang Ahmad Basarah sebagai ketua umum PA GMNI terbukti hanya memfasilitasi alumni GMNI untuk mengikuti kongres tanpa membicarakan secara gamblang keadaan GMNI saat ini, setelah kongres GMNI di Ambon," ucapnya.



Menurutnya hingga hari ini, adik-adik GMNI terseok-seok membangun organisasinya. Kalau forum itu sekedar untuk mengakhiri masa periodesasi, tanggungjawab PA secara organisasi, politik dan ideologi dengan keadaan GMNI saat ini tidak dituntaskan.



"Sebenarnya, kongres ini berpotensi menimbulkan stagnasi gerakan GMNI dan itu meski disikapi GMNI secara serius,” tegas Andi.(Sulhamran)

RECENT POSTS