,

Iklan

Iklan

Pengaruh Budaya Asing Pada Remaja Penerus Generasi Bangsa Indonesia

@SerikatNasional
23 Jul 2022, 13:41 WIB Last Updated 2022-07-23T06:41:11Z


Oleh: Putri Aulia Salsabila 

(Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah malang)


OPINI - Saat ini, arus era globalisasi memang semakin meningkat dan berkembang sangat pesat di kalangan masyarakat yang tentunya tidak terbataskan oleh usia baik dari kalangan anak - anak hingga orang dewasa pun berperan sebagai pengguna. Seiring berjalannya waktu, di samping meningkatnya arus globalisasi, tentunya dunia teknologi juga semakin canggih dan tidak heran jika anak di bawah usia 18 tahun saja sudah bisa memperbaharui hal apapun disosial media. Jika dilihat berdasarkan survei persentase data terakhir tahun 2021 kemarin, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menyurvei pengguna sosial media didominasi oleh kalangan kelompok usia 15-19 tahun sebanyak 91%, kemudian diikuti pada kelompok usia 20-24 tahun sebanyak 88,5%.


Telepon genggam, atau biasa disingkat dengan sebutan “HP” merupakan salah satu bentuk berkembangnya teknologi di era modern kini. Tidak hanya Telepon genggam, laptop, dan semacamnya pun berperan sebagai perantara masyarakat dalam bersosial media. Sosial media merupakan salah satu platform digital yang menyediakan berbagai fasilitas kepada para penggunanya untuk melakukan aktivitas sosial seperti komunikasi, maupun membagikan berbagai hasil karya unik meliputi foto, video, dan lain sebagainya. 


Seiring canggihnya sosial media ini pun tentunya memiliki dampak positif maupun dampak negatif, salah satu hal positifnya yakni mereka bisa mengekspresikan kreatifitasnya dan menciptakan sesuai hal baru melalui platform sosial media tersebut. Tidak hanya itu saja, tentu sosial media ini pun bisa menjadi sesuatu hal yang menguntungkan dalam hal berbisnis dimana penggunanya juga tidak terbatas usia seperti baik di kalangan anak-anak hingga dewasa atau bahkan lansia pun juga turut menjadi pencipta karya dalam bersosial media. 


Namun, di samping dampak positif yang telah dibahas sebelumnya, sosial media juga pasti memiliki dampak negatif yang tidak lain yaitu mudahnya warga Indonesia terpengaruh dengan budaya asing melalui berbagai cara yang salah satunya yakni platform sosial media tersebut  mereka jadikan sebagai alat dalam mempengaruhi masyarakat lokal. Hal itu bermula dari hanya karya-karya yang membahas seputar berita sekilas seperti pendidikan atau pencapaian artis-artis barat dan bahkan hingga gaya hidup mereka pun turut mempengaruhi budaya lokal di Indonesia.


Dengan pengaruh budaya asing tersebut sering kita sebut yaitu “Westernisasi”. Westernisasi merupakan proses perilaku sehari-hari yang meniru atau mengadopsi budaya barat mulai dari gaya hidup, makanan, gaya, dan lainnya. Bisa kita lihat saat ini arus globalisasi yang sudah menyebar perkembangannya kepada para masyarakat lokal khususnya remaja generasi muda. Sebagai salah satu contoh yakni mengglobalnya budaya Korea dengan meningkatnya gelombang Korea atau disebut “Korea Wave”. Korea wave merupakan salah satu istilah dalam penyebaran budaya populer Korea bisa melalui berbagai barang kecantikan, makanan, stylist, hingga gaya hidup. 


Budaya korea ini sangat pesat menyebar di kalangan remaja saat ini dan bermula ketika Drama Korea mulai tayang di Indonesia tahun 2002. Tidak hanya itu saja, fashion dan gaya hidup mereka pun mengikuti budaya Korea tersebut seperti yang kita lihat di sekitar banyak orang-orang yang mulai mengikuti penampilan para artis korea, dan bahkan saya sebagai remaja pun mengakui bahwa penampilan warga korea itu terlihat sederhana namun elegan. Tidak bisa dipungkiri dengan hal semacam itu dapat membuat lunturnya identitas nasional Indonesia. 


Identitas Nasional merupakan ciri khas atau karakteristik (jati diri) yang melekat pada seseorang atau kelompok disuatu bangsa yang mana bertujuan sebagai pembeda Bangsa Indonesia dengan bangsa lainnya. Identitas Nasional ini bisa disimbolkan dengan lambang negara kita yakni Garuda Pancasila atau bisa juga dengan bendera negara Indonesia merah putih, dan bisa disimbolkan dengan apapun mulai dari lagu kebangsaan, bahasa persatuan, ras suku, dan lainnya. 


Dengan pengaruh korea wave tadi, Identitas Nasional bisa saja luntur di masyarakat, kenapa? Karena ketika masyarakat lokal terutama remaja lebih banyak mengimplementasikan budaya korea mulai dari makanan yang mereka sukai yakni terbuat dari tepung beras yang terkenal dengan sebutan Tteokbokki atau bahkan lagu-lagu Korea yang bisa saja membuat mereka lupa akan budaya lagu Indonesia mungkin dari lagu-lagu daerah yang mulai jarang dinyanyikan dan tidak sedikit yang lupa akan lagu daerah masing-masingnya karena memang sudah terpengaruh akan budaya populer Korea tersebut. 


Lalu, bagaimana cara kita sebagai penerus bangsa mengatasi pengaruh adanya westernisasi di Indonesia? Tentunya dimulai dari kegiatan sehari-hari yaitu lebih selektif dalam bersosialisasi dan cenderung tidak individualis dalam bermasyarakat, selain itu meningkatkan sikap nasionalisme kita terhadap nilai-nilai budaya Indonesia seperti melestarikan lagu daerah masing-masing, yang paling penting yakni  sebagai remaja penerus bangsa harus bisa lebih menyaring budaya asing dalam bersosial media yang sebenarnya boleh saja namun tidak berlebihan, dan yang terakhir bisa dengan mempromosikan produk lokal kita kepada masyarakat sesuai kapasitas kita sebagai masing - masing agar budaya lokal Indonesia lebih terjaga.

RECENT POSTS